Bali’s Traditional Name
~Menguak sejarah penamaan masyarakat Bali~
|
Awanda, Anisa, I Ketut Hartawan dan
Prima Azizah
saat prosesi wawancara di Pantai Pandawa, Bali |
|
Saat prosesi wawancara
di pantai pandawa bersama Ni Putu Ayu Yuniastuti |
Hai bloggers !! ada yang istimewa sama post kita kali ini lho.. karena kita mau bahas nama nama masyarakat asli Bali. penasaran ? ini dia penjelasannya Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di Indonesia, banyak sekali keindahan alam
Indonesia yang telah terkenal di manca negara, salah satunya adalah Pulau Bali.
Siapa sih yang belum tau keindahan pulau ini? Pulau yang dijuluki Pulau Dewata
ini menyimpan banyak sekali keindahan alam dan kekayaan tradisi yang dimiliki
kepulauan ini. Salah satu kekayaan tradisinya yaitu
keunikan nama yang dimiliki orang Bali. Yap nama masyarakat Bali memiliki
keunikan tersendiri dibanding nama kebanyakan orang di Indonesia. Pernah gak
kalian dengar nama seperti ini “ I Wayan Hendrawan” atau “Ni Putu Ayu” pasti
kalian langsung menebak itu adalah nama orang dari Bali atau kalau tidak nama
orang keturunan Bali. Ternyata penamaan tersebut memiliki tatacara tersendiri
dan memiliki sejarah panjang sehingga terciptanya penamaan yang seperti itu.
Penasaran dengan asal usul penamaan masyarakat Bali ? kita akan sharing
bagaimana asal-usul nama Bali, eh tapi sebelumnya mengenai hal yang akan kita
bahas ini kita dapatkan dari hasil wawancara kita dengan I Ketut Hartawan tour guide
kocak yang nemenin kita saat study tour “Amazing Bali 2015” sekitar tanggal
25-27 April kemarin loh bloggers . Nah
yuk kita mulaiRahajeng
rauhNama-nama
kelahiran di Bali diturunkan oleh Septanawungsu yang pernah menjadi raja di
pulau Dewata Bali pada abad ke-16 Septanawungsu adalah putera ke-3 dari raja
Udayana yang bernama Marwadewa yang memiliki seorang istri bernama Gunaprya Dharmapatni perempuan berdarah
asli Jawa Timur. Setelah pernikahan Marwadewa, beliau di anugerahkan tiga orang
putera, putera yang pertama bernama Airlangga, Marakata, dan yang ketiga adalah
Septanawungsu atau yang sering dipanggil Anak Wungsu. Putera dari Marwadewa
yang masih menetap di Bali adalah Septanawungsu, setelah Anak Wungsu dinobatkan
menjadi raja pada abad keenam belas di Bali, beliau menurunkan nama-nama
kelahiran tersebut dimana nama-nama tersebut mengandung arti urutan kelahiran
dan Catur Wangsa.
- Nama kelahiran untuk anak pertama adalah
Wayan
Wayan
berasal dari kata “WAYAH” yang berarti lahir paling sulung atau paling besarAda
empat nama yang menunjukkan urutan kelahiran pertama selain Wayan, yaitu
Iluh/Niluh, Putu dan Gedhe.
- Nama kelahiran kedua adalah Made
Made
berasal dari kata “MADYA/MEDIUM” yang artinya menengah atau berada di tengah,
ada tiga panggilan nama yang menunjukkan urutan kelahiran kedua selain Made
yakni Kadek dan Nengah.
- Nama kelahiran ketiga adalah Nyoman
Nyoman
berasal dari kata "NON" yang artinya yang termuda atau yang kecil, ada satu lagi
nama yang menunjukkan nama kelahiran nomor tiga selain Nyoman yakni Poman.
- Nama kelahiran keempat adalah Ketut
Ketut
berasal dari kata “KITUT,KATUT-KATUTAN,KENTUT” yang artinya terakhir.Nama
urutan kelahiran dibuat menjadi empat urutan dikarenakan sejak dahulu warga
Bali telah melakukan penundaan kehamilan yang terkenal seperti sekarang seperti
program KB, akan tetapi program penundaan kelahiran pada jaman dahulu sangat
sulit dilakukan karena kurangnya peralatan kontrasepsi dan pengetahuan yang
terbatas, program yang dicanangkan tersebut belum berhasil, tidak heran satu
keluarga di Bali dapat memiliki anak sampai dengan dua puluh orang, Maka dari
itu dari penamaan yang sudah ditetapkan, bagi anak yang lahir ke lima dan
seterusnya ditambahkan kata “Balik” setelah nama urutannya yang kembali seperti
anak nomor satu.
Sedangkan
untuk membedakan jenis kelamin , dibedakan dengan pemberian kata I/NI. “I”
artinya laki-laki dan “NI” artinya perempuan.
Untuk
lebih jelasnya, dapat dibuatkan contoh seperti dibawah ini:
Seperti
contoh, Ni Made melahirkan anak ke lima dengan jenis kelamin laki-laki, karena
urutan kelima tidak tercantum pada nama urutan kelahiran di Bali, maka anak
tersebut diberi nama
I
Wayan Balik Sore misalnya. ( I artinya laki-laki,
Wayan artinya kelahiran urutan awal sedangkan “Balik” artinya anak tersebut terlahir setelah anak
keempat dan kalimat terakhir adalah nama opsional atau nama yang dikehendaki
orangtua si anak tersebut seperti “Sore”).
Apabila
Ni Made melahirkan anak keenam dengan jenis kelamin perempuan, dia dapat
memberikan nama puterinya tersebut dengan “Ni Made Balik Rahayu” misalnya.
Dimana
(Ni yang artinya perempuan, Made nomor urutan setelah Wayan, dan Balik adalah tanda bahwa anak tersebut dilahirkan
setelah Ketut atau sesudah anak keempat, Rahayu
adalah nama opsional atau nama yang dikehendaki orangtua si anak tersebut).Setelah
menurunkan nama-nama kelahiran seperti pada pembahasan di atas, Nawa Wungsu
menurunkan CATUR WANGSA atau CATUR WARNA atau yang lebih dikenal dengan KASTA
di luar daerah Bali.
Kasta sendiri berarti pembedaan perlakuan atau status
sosial yang ada pada masyarakat Hindu yang berada di India yang sering
dikonotasikan sebagai budak bagi kasta yang berada di akhir seperti kasta
SUDERA hal ini berbeda dengan Catur Wangsa. Catur Wangsa digolongkan menurut
keahlian masyarakat Bali dimana terdapat:
- Golongan
yang ahli di bidang agama yang diberi nama PEDANTE. Golongan masyarakat ini
mendapatkan nama wangsa yang disebut “Brahmana”. Contohnya: pemuka agama,
pendeta dan lain-lain. Golongan ini juga memiliki status seperti nama gelar
untuk memperlihatkan bahwa orang tersebut tergolong wangsa Brahmana seperti Ida
Ayu (untuk perempuan) dan Ida Bagus (untuk laki-laki) yang diletakkan sebelum
(Di awal nama panjang) nama I/NI dan urutan kelahiran seperti
Wayan,Made,Nyoman, dan Ketut
- Golongan
yang ahli di bidang pembelaan negara yang diberi nama PECALANG. Golongan
masyarakat ini diberi nama wangsa “Ksatria”. Contohnya: ABRI. Golongan Ksatria
juga memiliki nama kehormatan seperti Jekorda atau Anak Agung dan Isteri (untuk
perempuan).
- Golongan
yang ahli di bidang pembangunan dan ekonomi yang dahulu bernama UNDAGI.
Golongan masyarakat ini diberi nama wangsa “Waisya”. Golongan juga memiliki
nama kehormatan seperti Dewa,Gusti dan Penakan.
- Golongan
masyarakat yang tidak memiliki keahlian dan hanya bekerja sebagi petani, gelar
wangsanya disebut dengan “Sudera”. Golongan ini tidak mendapatkan nama
kehormatan seperti golongan “TRIWANGSA” (Brahmana,Ksatria, dan Waisya), namanya
hanya mengandung urutan nama kelahiran seperti I/NI Wayan, Made, Nyoman dan
Ketut karena leluhurnya hanya bekerja sebagai petani.
Dari perbedaan Catur Wangsa yang diberikan, Jika
dilihat dari postur tubuh masyarakatnya pada zaman sekarang, postur tubuh antar
Catur Wangsa sulit untuk dibedakan, akan tetapi pada zaman dahulu perbedaan ini
sangat mencolok dikarenakan golongan “TRIWANGSA” (Brahmana,Ksatria, dan Waisya)
postur tubuhnya lebih bagus (Lebih tinggi,cantik, warna kulitnya putih bersih)
dibandingkan dengan kasta Sudera yang hanya bekerja sebagai petani.Jika
dilihat dari struktur ekonominya masyarakat golongan TRIWANGSA” (Brahmana,Ksatria,
dan Waisya) memiliki ekonomi yang lebih baik dibandingkan wangsa Sudera yang
hanya bekerja sebagai petani.Penggantian
nama akibat perubahan WangsaPernikahan
antar Wangsa juga dapat menentukan nama-nama yang disandang oleh masyarakat
hindu di Bali. Pada zaman dahulu terdapat larangan untuk menikah dengan
seseorang yang memiliki Wangsa yang berbeda, berarti hanya ada pernikahan dalam
sattu wangsa saja seperti wangsa Brahmana harus menikah dengan Wangsa Bramana.
Akan tetapi pada zaman sekarng hak menikah lintas wangsa sudah berjalan dengan
sebutan Hak Patrilineal (Hak penuh bagi laki-laki).
- Kenaikan
Wangsa akibat dari Wangsa laki-laki lebih tinggi daripada Wangsa perempuan
Misalkan Laki-laki
berasal dari Wangsa Brahmana mendapatkan isteri dari Wangsa Sudera, maka
perempuan ini akan mendapatkan kenaikan Wangsa atau derajad yang ditandai
dengan memasuki adat istiadat yang lebih halu yakni “Brahmana”. Kedua calon
pengantin akan dibuatkan sesaji yang bernama “Munggah Wangi”. Selain itu nama
perempuan tersebut ditambahkan dengan kata “Jero” sepert “Jero Ratna”. Saat
kedua Wangsa tersebut dikaruniai seorang anak, maka anaknya akan mendapatkan
gelar kehormatan seperti ayahnya yaitu golongan “Brahmana”, maka anaknya akan
mendapatkan juga nama seperti Ida Ayu (untuk perempuan) dan Ida Bagus (untuk
laki-laki), begitu seterusnya hingga keturunan cicitnya.
- Penurunan
Wangsa akibat dari Wangsa laki-laki lebih rendah daripada Wangsa perempuan.
Dari pernikahan ini
kedua pengantin akan dibuatkan sesaji yang disebut dengan “Pati Wangi” dimana
si perempuan meninggalkan adat istiadat yang halus menuju adat istiadat yang
biasa. Saat kedua Wangsa tersebut dikaruniai seorang anak, maka anaknya tidak boleh
menggunakan nama kehormatan dikarenakan laki-laki memiliki Wangsa yang lebih
rendah daripada perempuan.Pernikahan
antar Wangsa dapat menentukan nama dari masyarakat bali, begitu pula jika
terjadi pernikahan antar agama atau kepercayaan. Jika ada lain agama yang
hendak menikah hruus mengikuti kepecayaan agama Hindu dengan cara dilahirkan
kembali dimana akan dibuatkan sesaji dari baru lahir hingga potong gigi lalu
baru boleh untuk dinikahkan, sama seperti jika seseorang beragama islam yang
handak menikah dengan agama lain yang harus diislamkan terlebih dahulu.
|
Mempelai dari Bali
Source (http://riasbali.com/galeri/rias-pernikahan-bali/tata-rias-pengantin-bali-payas-madya) |
Dari nama-nama yang terdapat di
Bali tersebut, merupakan suatu kewajiban bagi orang yang beragama Hindu untuk
menyandangnya, adan apabila orang selain beragama hindu dapat atau boleh juga
menyandangnya akan tetapi orang Hindu akan menilai keasliannya.
Perlakuan antar Wangsa atau prosesi
pemakaman antar Wangsa
Dimana
setiap wangsa mungkin memiliki kemampuan ekonomi yang berbeda, maka prosesi
ngaben atau perlakuan terhadap mayatnya berbeda, dimana terdapat tiga golongan
pembakaran mayat
- Niste
(Upacara Ngaben secara
Kecil)
- Madya
(Upacara Ngaben secara Sedang)
- Utama (Upacara Ngaben
secara Besar)
|
Upacara Ngaben Source (https://melalitobali.wordpress.com/) |
Dapat
disimpulkan bahwa setiap wangsa memiliki cara tersendiri atau refleksi
kebudayaannya masing-masing akan tetapi terdapat satu makna yang sama di
dalamnya.Begitulah
asal-usul keunikan nama orang Bali, ternyata nama orang Bali bukan sekedar
nama, namun juga dapat menunjukan kasta dan urutan kelahiran. Bagaimana? Sudah
tau kan? Bangga dong jadi orang Indonesia yang kaya akan budaya dan keindahan
alamnya. Terus lestarikan budaya Indonesian ya.
Matur suksema, semoga
bermanfaat.
|
MATUR SUKSEMA :) |